Menunjukkan atribut-atribut
ideologis, bagi saya adalah sesuatu yang perlu. Karena itu menunjukkan
kebanggaan akan salah satu identitas paling asasi dari seorang manusia
beragama.
Hal-hal demikian, dapat dilakukan
melalui cara-cara yang tampak sederhana. Misalkan nama, di akun FB saya menemui
beberapa orang yang menyelipkan sepotong nama CHE di awal atau tengah namanya,
bahkan ketika membuka profilnya, banyak yg saya temukan tak mencantumkan status
agama apa yang ia anut, atau minimal ada atribut-atribut yang menunjukkan ia
seorang pemeluk agama, justru saya temukan status-status tulisan mereka
cenderung provokatif, mulai meragu akan eksistensi tuhan, bahkan ada yang
secara terang-terangan mengajak merombak kembali tafsir isi sebuah kitab suci.
Bagi saya, ada yang tidak betul dengan realitas ini.
Nama CHE, selalu mengingatkan saya
pada seorang tokoh sosialis Kuba “Ernesto CHE Guavara”. Dan paham sosialis, apa
bedanya dengan komunis? Paham anti tuhan. Atau barangkali, tak semua orang
langsung dapat mengasosiasi nama itu dengan tokoh bernama CHE Guavara tersebut?
Namun seorang mahasiswa, yang banyak terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial
politik dan dunia pergerakan, tentu tidak akan asing dengan nama tersebut.
Kenapa sebagai muslim, tidak
berbangga dengan nama Ahmad, Muhammad atau minimal tidak menyertakan nama-nama
yang ingatan kolektif orang lain dapat tergiring untuk mengingat musuh-musuh
islam tersebut?
Renungan sore,
Sabtu kontemplatif di Gili Air.
20 September 2014
18.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar