Minggu, 21 September 2014



Menunjukkan atribut-atribut ideologis, bagi saya adalah sesuatu yang perlu. Karena itu menunjukkan kebanggaan akan salah satu identitas paling asasi dari seorang manusia beragama.
Hal-hal demikian, dapat dilakukan melalui cara-cara yang tampak sederhana. Misalkan nama, di akun FB saya menemui beberapa orang yang menyelipkan sepotong nama CHE di awal atau tengah namanya, bahkan ketika membuka profilnya, banyak yg saya temukan tak mencantumkan status agama apa yang ia anut, atau minimal ada atribut-atribut yang menunjukkan ia seorang pemeluk agama, justru saya temukan status-status tulisan mereka cenderung provokatif, mulai meragu akan eksistensi tuhan, bahkan ada yang secara terang-terangan mengajak merombak kembali tafsir isi sebuah kitab suci. Bagi saya, ada yang tidak betul dengan realitas ini.
Nama CHE, selalu mengingatkan saya pada seorang tokoh sosialis Kuba “Ernesto CHE Guavara”. Dan paham sosialis, apa bedanya dengan komunis? Paham anti tuhan. Atau barangkali, tak semua orang langsung dapat mengasosiasi nama itu dengan tokoh bernama CHE Guavara tersebut? Namun seorang mahasiswa, yang banyak terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial politik dan dunia pergerakan, tentu tidak akan asing dengan nama tersebut.
Kenapa sebagai muslim, tidak berbangga dengan nama Ahmad, Muhammad atau minimal tidak menyertakan nama-nama yang ingatan kolektif orang lain dapat tergiring untuk mengingat musuh-musuh islam tersebut?
Renungan sore,
Sabtu kontemplatif di Gili Air.
20 September 2014
18.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar