Minggu, 21 September 2014

Hari-hari menjadi guru di SDN 1 Gili Indah



Ini semata-mata soal mental, habit, buruk.
Setiap hari, di tempat ini, dari pengeras suara, tersiar wejangan kepada murid “kita hidup di daerah pariwisata,setiap hari tamu dari berbagai negara mengunjungi sekolah kita, oleh sebab itu, jagalah kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya”
Tapi sekali lagi, ini benar-benar soal mental kita, kami para guru yang bertutur demikian.
Seorang guru amat disiplin memberi contoh, membuang sampah pada tempatnya,  seorang guru yang lain, sambil ngobrol-ngobrol entah sadar atau tidak membuang plastic snack yang dimakannya. Murid melihat, diam, yang dia lihat lebih mudah ia pahami dari apa yang ia dengar. Apalagi murid-murid kelas rendah, konkrit.
Di lain waktu, saat guru-guru dan beberapa murid sedang berada di halaman sekolah, seorang guru menyobek plastic permen, sobekan yang kecil dibuang begitu saja, walaupun plastic tempat permennya dibuang ke tempat sampah setelah permen berada di mulut. Seorang guru mengingatkan “bu, sobekan plastiknya tuh”, guru yang makan permen menjawab “ah, kecil begitu kok”. Murid melihat, menalar, mencoba memahami. “berarti sampah yang kecil boleh dibuang begitu saja kan?”
Demikian pula ketika suatu kali, setelah makan-makan seorang guru membuang sampahnya yang banyak di sekitar halaman sekolah tempatnya duduk-duduk. Seorang guru menegur “bu, nanti anak-anak lihat ibu buang sampah sembarangan”, sang guru yang ditegur menjawab “nanti saya sapu bu”
See?
Ini sungguh-sungguh semata soal mental. Mental suka buang sampah. Tak peduli kita sedang sangat sibuk sehingga tak sadar, tak peduli pula samphnya sekecil apapun, apalagi mengatakan sampah itu nanti dapat disapu. Mental guru adalah mental teladan, begitu berkata ini, ia harus menjadi yg pertama menunaikkan apa yang dikatakannya.

1 komentar: