Kamis, 26 November 2015

Perkemahan Wirakarya Nasional VIII di Gili Air Pecahkan Rekor MURI memasanga Bendera Pramuka di Bawah Laut



Selasa, 24 November 2015
Hari ini menjadi hari yang special. Sebab kami (siswa-siswi) SDN 1 Gili Indah akan menyambut kedatangan peserta Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) ke VIII di Gili Air. Sebagai salah satu destinasi pariwisata terkemuka di NTB, tentu saja Gili Air sebagai tuan rumah menjadi sangat antusias. Para siswa sangat bersemangat membuat bendera merah putih yang akan digunakan untuk menyambut para peserta
Foto ini diambil ketika hari senin kemarin kami sibuk membuat bendera
Hari ini, selasa 24 November 2015 dari pukul 8 pagi kami telah siap di pelabuhan gili air untuk menyambut peserta yang ternyata datang pukul 11.30.
Ini foto para angkatan laut yang lagi menurunkan perkakas menyelam. Sebab kegiatan perkemahan ini juga punya misi memecahkan rekor MURI mengibarkan bendera Pramuka di bawah laut.

Ini foto siswa di pelabuhan gili air yang mulai bosan menunggu peserta perkemahan yang sangat telat datang. Molor dari waktu yang semula. Hoahmz    

Akhirnya sekitar pukul 11.30 peserta perkemahan mulai datang dibawa oleh sekitar 6-7 boat. Wuihh rame banget. Disambut oleh Kesenian Khas orang sasak yaitu Gendang Beleq
Ini foto Pasukan Kesenian Gendang Beleq. Khas Lombok banget.
Ini rupa-rupa beberapa orang peserta yang ke gili air. Pramuka Kwartir Sulawesi Selatan, Kwartir Sulawesi Tenggara, Kwartir DIY Yogyakarta, Kwartir Kalimantan Timur, dan Kwartir NTB, serta saya lupa dari kwartir mana. Hehehe. Yang jelas ini acara nasional. Provinsi yang lain juga ikut tapi terbagi ke sub-camp di Lombok Tengah dan Lombok Barat.

Selasa, 23 September 2014

Dari bumi NTB untuk Palestina..

Konser amal bersama Tim Nasyid Izzatul Islam dan Opick, di Narmada Convention Hall (Ahad, 21 September 2014)
Ini kali keduaku mengikuti acara yang sama di tempat yang sama pula, terima kasih Ya Allah atas nikmat kesempatan ini.
Maklum, sekarang udah jadi orang pulau (Gili Air tercinta), jarang ketemu saudara-saudari di Mataram. Itu niat sambungan saja, utamanya adalah mengahadiri acara yang dapat membuat semakin menguatkan ingatan akan duka saudara muslim di Palestina.
Alhamdulillah dua niat dalam satu kesempatan itu disampaikan Allah, acaranya mengesankan, dan selesainya jadi panjang lebar, sekali melangkah, ketemu si ini, salaman, cupika-cupiki, tanya kabar n ngobrol dikit, melangkah lagi, ketemu lagi si itu. hehehe, terulang demikian hingga bila tak melihat jam yang sudah menunjukkan waktu zuhur, besar kemungkinan saya akan pulang di waktu asar.
Akhirnya dengan agak menunduk, pura-pura ga lihat siapa-siapa sy menerobos keluar gedung, ke parkiran, ambil motor dan... Hmmm, ketemu lagi si ini itu... hehehe.
Ujung-ujungnya sampai KLU udah mau asar. Setelah sholat zuhur di masjid kampus Unram sekalian nostalgia semasa jadi mahasiswa n aktifis dulu (duh, rinduuuuuu)...

Catatan tentang siswaku... belajar meringkas



Hari-hari menjadi guru, at SDN 1 Gili Indah
 
Salah satu pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI adalah meringkas wacana. Pekerjaan yang amat membosankan, pada umumnya. Membuat siswa harus membaca (di tengah budaya malas baca) u kemudian memahami lantas menulis ringkasannya (di tengah budaya malas nulis). Benar-benar harus sabar kalau mau mereka melakukannya dengan baik. Harus ada analogi yang dituturkan, mesti ada motivasi yang diselipkan.
Tahap pertama dari meringkas pasti membaca. Dan untuk membuat mereka mau membaca wacana yang akan diringkas (walaupun bahan bacaan itu tak sampai satu halaman penuh), saya menganalogikan kegiatan membaca seperti sebuah teko, cerek atau kocor bahasa mereka (bahasa sasak sy juga, hehehe) yang pasti berisi air/cairan. Bila cerek yang kosong dituang, apa yang keluar? Tanya saya. Kebanyakan mereka menjawab “tak ada bu”. Yah, tapi namanya anak-anak, ada juga yang menjawab usil “om jin yang keluar Bu” (usut diusut, ternyata di tivi lagi ada serial Aladin, pantas saja di kelasku ada yang mengaku jadi Aladin dan menunjuk teman perempuannya jadi Putri Yasmin, #efek anak baru puber)
Lantas saya melanjutkan, tentu saja tak ada yang keluar karena memang ceretnya kosong dan tak pernah diisi air. Demikian pula dengan otak kita yang mestinya diisi oleh ilmu, apa yang akan kalian tulis jika tak pernah membaca?
See.. mereka kemudian mulai membaca.
Ketika tahap selanjutnya, yaitu meringkas, saya motivasi mereka dengan sebuah skripsi tebal, lantas menunjukkan selembar abstraknya. Betapa skripsi yang ratusan halaman itu, secara mengagumkan dapat diringkas menjadi hanya selembar kertas yang berjudul ABSTRAK.
Wew, lumayan berhasil, sy mulai menjelaskan metode meringkas ala 5W1H.
1.      Membaca dengan cermat bahan yang akan diringkas.
2.      Membuat daftar pertanyaan meliputi 5W1H (what,who, where, when, why dan how)
3.      Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, cara menjawabnya adalah menulis kembali pertanyaan dengan terlebih dahulu tidak mengikutsertakan kata tanyanya kemudian melanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut.
4.      Menyusun ulang jawaban-jawaban tersebut menjadi paragraph yang padu dengan disertai tambahan kata penghubung (bila diperlukan)



Senin, 22 September 2014

Namanya Ilalang



Imperata Cylindrica

Namanya ilalang…
Dalam hidup yang liar, ia meratu dengan kesembarangannya.
Menantang gersang, menyapa wajah tanah berbatu dengan pucuk tunasnya.
Namanya ilalang…
Dalam alam yang molek, ia menari dengan irama angin.
Berbicara pada badai, lantas merunduk murka pada hujan yang menimpanya.
Namanya ilalang…
Dalam dunia yang pura2, ia hijau selama hidupnya.
Namun dibalik rimbun, ia menyimpan misteri petaka para melata.
Ilalang…
Putih bunganya adalah cerita bumi tentang keadilan Pencipta pada warna.
Ia hidup dalam kelompoknya adalah petuah abadi tentang sendiri yang penuh bencana.
Gemerisik gesek daunnya adalah harmoni semesta.
Lalu…
Selamanya ia merasa bahagia, Tuhan ciptakan tanpa banyak mata yang suka padanya.

Dedicate to my Imperata Cylindrica. Alone with no admirer.

LEBIH BAIK DISINI, RUMAH KITA SENDIRI. INDONESIA.


Dari Argapura, Singgalang hingga Jayawijaya. Menghampar lembah, menjulang puncak, lalu pekat jurang curamnya.
Lebih baik disini, rumah kita sendiri. Indonesia.
Dari daratan Jawa, Sumatera hingga Nusa Tenggara. Ada tertetes warna surga disana, dalam lambaian ilalang dan rayuan daun kelapa.
Lebih baik disini, rumah kita sendiri. Indonesia.
Dari Baduy, Sasak hingga Sunda. Berbeda membuat mereka menyatu, memaknai cinta untuk bangsa.
Lebih baik disini, rumah kita sendiri. Indonesia.
Dari sambal terasi, tahu tempe dan ketela. Ragam rasanya adalah cara negeri ini memanjakan rakyatnya.
Air menghidupkan, tanah menumbuhkan, angin menaburkan, hutan menyejukkan, matahari bersinar sepanjang tahun, hujan menjurai mengisi lubuk-lubuk dedanau dan kelok sungai.
Indonesia…
Walaupun yang tertinggal kini hanya bayi-bayi yang dulu lemah kini kuat untuk mendurhaka, manusia-manusia yang dulu gagah tinggallah sejarah, dan bumi yang pernah hijau kini mengusam abu.
Tak usah ditanya, selalu lebih baik disini, rumah kita sendiri. Indonesia.